Jumat, 29 Juli 2011

SEJARAH ICU

Sejarah pelayanan medis intensif paling kurang telah dimulai oleh seorang “Nurse” bernama Florence Nightingale yang secara brilian menerapkan “metode dan prosedur pemantauan secara ketat” (intensif) bagi para pasien korban luka perang crimean pada tahun 1853-1856. Hasilnya didapati penurunan angka morbiditas dan mortalitas secara significant. Pada tahun 1942 di Mayo Clinic AS secara khusus dibangun dan disediakan ruang khusus yang dikenal sebagai “ruang pulih sadar” yang diperuntukkan bagi pasie-pasien pasca bedah, ini juga dianggap sebagai rintisan terbentuknya ruang ICU dikemudian hari. Pada tahun 1950 ketika dunia dilanda wabah Polio para dokter anestesi bertindak secara sukarela melakukan “tindakan intubasi dan bantuan ventilasi”, yang kemudia  dinilai memiliki peran menyelamatkan banyak pasien dari kematian yang bisa dihindarkan (tidak seharusnya). Penemuan Mesin ventilator mekanis “Engstrom” tahun 1952 sangat membantu menyelesaikan fungsi bantuan pernafasan bagi pasien yang mengalami gagal pernafasan. Tahun 1958 seorang anesthesiologist bernama Peter Syafar yang bertugas sebagai dokter di Baltimore City Hospital USA secara formal membangun ruang perawatan yang kemudian dikenal sebagai ruang Intensive Care Unit. Pada periode waktu berikutnya sejarah pelayanan intensif berkembang dengan sangat pesat menyebar ke seluruh penjuru dunia. Ilmu kedokteran Intensive menjadi cabang ilmu tersendiri yang menjadi dasar pada praktek pelayanan medis secara Intensive.
 Bagaimana dengan di Indonesia, Sejarah pelayanan medis intensive di Indonesia dimulai pada tahun 1970-an menyusul setelah beberapa dokter Indonesia memperdalam secara khusus ilmu kedokteran anesthesia demikian juga ilmu Intensive Care, para pelopor generasi pertama adalah Prof. Dr. M kelan, DSAN, Prof. Dr. Muhardi Muhiman, DSAN. Yang mengembangkan di Rumah Sakit Ciptomangunkusumo Jakarta, Prof. Dr. Kariadi DSAN, mengembangkan di Rumah Sakit Dokter Soetomo Surabaya dan Prof Dr. Haditopo, DSAN di Rumah Sakit Dokter Kariyadi Semarang.
 Seiring dengan bergantinya waktu, pelayanan intensive care di Indonesia dengan sendirinya tidak lepas mengikuti perkembangan sejarah Intensive Care yang terjadi secara umum di dunia.
 Berkembang dan dibangunlah Unit-Unit Intensive Care di berbagai kota besar lainnya seperti di Yogyakarta, Bandung, Medan, Makasar, Denpasar Malang, Solo dan lain sebagainya. Saat ini bisa dikatakan hampir semua kota propinsi dan sebagian besar kota kabupaten telah memiliki rumah saki yang dilengkapi dengan pelayanan Unit Intensive Care.
 Pada periode akhir tahun 1980-an adalah merupakan periode yang bisa dianggap sebagai tonggak sejarah tersendiri, dimana beberapa dokter diataranya almarhum DR. Dr. Iqbal Mustafa, DSAN, seorang anestesiolog dan juga Intensivist secara khusus memilih hanya menekuni praktek medis intensive khususnya di rumah sakit Harapan Kita Jakarta sekaligus meninggalkan praktek pembiusan yang lazim dilakukan dokter anesthesia pada umumnya. DR. Dr. Iqbal Mustafa, DSAN kemudian diakui sebagai pakar di bidang Intensive Care yang dihormati dan disegani di dunia. Pada saat ini bukan tidak mungkin telah terdapat dokter KIC yang secara khusus hanya melakukan pelayanan medis Intensive di ruang ICU, sebagai misal dr. Rudy SpAn KIC di RSCM Jakarta.
 Pada akhir era dasa warsa 1990-an Di Indonesia telah dimulai sejarah baru dalam kedokteran intensif dimana Indonesia telah mulai melakukan pendidikan Intensivist yang berpusat di di Unit Intensive Care rumah sakit Cipto Mangunkusumo dan didukung oleh rumah sakit jejaring lainnya.  Dokter Rupii, SpAn. KIC.  adalah mahasiswa pendidikan dokter Konsultan Iintensive Care pertama di Indonesia yang selanjutnya diikuti oleh banyak dokter muda lainnya. Pendidikan dokter KIC diikuti bukan saja olek dokter spesialis I anestesiologi tetapi oleh dokter umum dan spesialis I lainnya. Dokter-dokter Intensivist / KIC muda inilah yang sekarang menjadi pionir pengembangan Intensive Care Unit di rumah-sakit di berbagai wilayah kota di Indonesia.
 Penuturan sejarah tersebut diatas tidak terlepas dari pengetahuan dan pemahaman yang mungkin sangat terbatas, Sejarah bukan milik penulis oleh karena itu penulis sangat terbuka terhadap kritik dan koreksi dari pembaca sekalian.

Tidak ada komentar: